MUNDURNYA Airlangga Hartarto dari posisi Ketua Umum Partai Golkar mengundang perhatian besar di kalangan politisi, pengamat, dan publik Indonesia. Keputusan ini tidak hanya mengejutkan karena posisi Airlangga yang sangat strategis, tetapi juga karena timing-nya yang datang pada saat krusial bagi Golkar. Airlangga telah memimpin partai ini melewati berbagai tantangan, termasuk Pemilu 2024, di mana Golkar berhasil mempertahankan posisinya sebagai salah satu partai besar, meski tak lagi dominan seperti era sebelumnya. Namun, di balik keberhasilan tersebut, ada tanda-tanda ketegangan dan ketidakpuasan di dalam partai yang mungkin menjadi faktor pendorong keputusan dramatis ini. Pertanyaan utama yang muncul pascamundurnya Airlangga adalah siapa yang akan mengambil alih kepemimpinan Golkar dan bagaimana nasib partai ini ke depannya? Ada beberapa skenario yang mungkin terjadi, masing-masing membawa dampak yang berbeda bagi masa depan Golkar dan konstelasi politik Indonesia secara keseluruhan.
Dalam sejarah panjang Golkar, partai ini dikenal memiliki kemampuan menghasilkan pemimpin-pemimpin baru yang mampu membawa partai ke arah lebih baik. Airlangga muncul sebagai pemimpin setelah terjadi krisis internal pascamundurnya Setya Novanto. Saat itu, Airlangga berhasil menenangkan ketegangan internal dan membawa Golkar kembali ke jalurnya. Kini, dengan mundurnya Airlangga, muncul pertanyaan siapa yang akan menjadi tokoh baru yang dapat melakukan hal serupa. Ada beberapa nama yang beredar di kalangan internal Golkar. Sebut saja Bahlil Lahaladia, Menteri Investasi, dan Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian yang juga memiliki latar belakang kuat di partai. Selain itu, ada pula nama-nama seperti Ridwan Kamil, mantan Gubernur Jawa Barat yang kini juga menjadi salah satu kader Golkar. Ridwan Kamil memiliki popularitas cukup tinggi di kalangan pemilih muda dan dianggap sebagai sosok yang dapat membawa angin segar bagi partai. Kemunculan tokoh baru yang kuat ini dapat membawa Golkar ke arah lebih progresif, terutama dalam menghadapi tantangan politik ke depan, seperti Pemilu 2029. Namun, munculnya tokoh baru ini juga memiliki tantangan tersendiri. Pertama, tokoh tersebut harus mampu mengonsolidasikan berbagai faksi di dalam partai yang memiliki kepentingan berbeda-beda.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Menebak Skenario Pasca-Mundurnya Airlangga dari Ketum Golkar”, Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2024/08/13/11241791/menebak-skenario-pasca-mundurnya-airlangga-dari-ketum-golkar.
Editor : Sandro Gatra